Senin, 08 Oktober 2012

AL-QUR-AN DAN BUKTI KEOTENTIKANNYA





A.  Definisi Al-Quran
Dari segi istilah para ahli memberikan definisi al-Qur-an sebagai berikut: menurut Manna` al-Qoththon, al-Qur-an adalah kalamulloh yang diturunkan kepada muhammad Saw dan membacanya adalah ibadah. Kata kalam sebenarnya meliputi seluruh perkataan, namun karena istilah itu disandarkan (diidhofatkan) kepada Alloh (kalamulloh), maka tidak termasuk dalam istilah al-Qur-an perkataan yang berasal selain dari Alloh, seperti perkataan manusia, jin dan malaikat.
Definisi lain mengenai al-Qur-an dikemukakan oleh al-Zarqoni sebagai berikut:
القران هو اللفظ المنزل عللى محمد (ص) من اول الفاتحة الى اخرالناس
“Al-Qur-an itu adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dari permulaan surat al-fatihah sampai akhir surat an-nas.”


B.     Proses Turunnya Al-Quran
1.      Para ulama mengisyaratkan bahwa Alquran itu turun dalam tiga tahap:
Tahap pertama, Alquran diturunkan Allah ke Lauh Mahfuzh. Dalam salah satu ayat diungkapkan bahwa :(21) Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur’an yang mulia, (22) yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh. (Q.S. Al-Buruuj: 21-22)
2.      Tahap kedua, penurunan dari Lauh Mahfuzh ke Baytul Izzah. Di sinilah Alquran diturunkan sekaligus.
3.      Tahap ketiga, dari Baytul Izzah kepada Rasulullah secara bertahap yang awalnya adalah Surah Al-‘Alaaq ayat 1 sampai 5.

Para ulama 'Ulum Al-Quran membagi sejarah turunnya Al-Quran dalam dua periode: (1) Periode sebelum hijrah; dan (2) Periode sesudah hijrah. Ayat-ayat yang turun pada periode pertama dinamai ayat-ayat Makkiyyah, dan ayat-ayat yang turun pada periode kedua dinamai ayat-ayat Madaniyyah. Tetapi, di sini, akan dibagi sejarah turunnya Al-Quran dalam tiga periode, meskipun pada hakikatnya periode pertama dan kedua dalam pembagian tersebut adalah kumpulan dari ayat-ayat Makkiyah, dan periode ketiga adalah ayat-ayat Madaniyyah. Pembagian demikian untuk lebih menjelaskan tujuan-tujuan pokok Al-Quran.
a.    Periode Pertama
Diketahui bahwa Muhammad saw., pada awal turunnya wahyu pertama (iqra'), belum dilantik menjadi Rasul. Dengan wahyu pertama itu, beliau baru merupakan seorang nabi yang tidak ditugaskan untuk menyampaikan apa yang diterima. Baru setelah turun wahyu kedualah beliau ditugaskan untuk menyampaikan wahyu-wahyu yang diterimanya, dengan adanya firman Allah: "Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan" (QS 74:1-2).
Kemudian, setelah itu, kandungan wahyu Ilahi berkisar dalam tiga hal. Pertama, pendidikan bagi Rasulullah saw., dalam membentuk kepribadiannya. Perhatikan firman-Nya: Wahai orang yang berselimut, bangunlah dan sampaikanlah. Dan Tuhanmu agungkanlah. Bersihkanlah pakaianmu. Tinggalkanlah kotoran (syirik). Janganlah memberikan sesuatu dengan mengharap menerima lebih banyak darinya, dan sabarlah engkau melaksanakan perintah-perintah Tuhanmu (QS 74:1-7).
Dalam wahyu ketiga terdapat pula bimbingan untuknya: Wahai orang yang berselimut, bangkitlah, shalatlah di malam hari kecuali sedikit darinya, yaitu separuh malam, kuranq sedikit dari itu atau lebih, dan bacalah Al-Quran dengan tartil (QS 73:1-4).
Perintah ini disebabkan karena Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu wahyu yang sangat berat (QS 73:5).
Ada lagi ayat-ayat lain, umpamanya: Berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat. Rendahkanlah dirimu, janganlah bersifat sombong kepada orang-orang yang beriman yang mengikutimu. Apabila mereka (keluargamu) enggan mengikutimu, katakanlah: aku berlepas dari apa yang kalian kerjakan (QS 26:214-216).
Demikian ayat-ayat yang merupakan bimbingan bagi beliau demi suksesnya dakwah. Kedua, pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai sifat dan af'al Allah, misalnya surah Al-A'la (surah ketujuh yang diturunkan) atau surah Al-Ikhlash, yang menurut hadis Rasulullah "sebanding dengan sepertiga Al-Quran", karena yang mengetahuinya dengan sebenarnya akan mengetahui pula persoalan-persoalan tauhid dan tanzih (penyucian) Allah SWT.
Ketiga, keterangan mengenai dasar-dasar akhlak Islamiah, serta bantahan-bantahan secara umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliah ketika itu. Ini dapat dibaca, misalnya, dalam surah Al-Takatsur, satu surah yang mengecam mereka yang menumpuk-numpuk harta; dan surah Al-Ma'un yang menerangkan kewajiban terhadap fakir miskin dan anak yatim serta pandangan agama mengenai hidup bergotong-royong. Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah menimbulkan bermacam-macam reaksi di kalangan masyarakat Arab ketika itu. Reaksi-reaksi tersebut nyata dalam tiga hal pokok:
1. Segolongan kecil dari mereka menerima dengan baik ajaran-ajaran Al-Quran.
2. Sebagian besar dari masyarakat tersebut menolak ajaran Al-Quran, karena kebodohan mereka (QS 21:24), keteguhan mereka mempertahankan adat istiadat dan tradisi nenek moyang (QS 43:22), dan atau karena adanya maksud-maksud tertentu dari satu golongan seperti yang digambarkan oleh Abu Sufyan: "Kalau sekiranya Bani Hasyim memperoleh kemuliaan nubuwwah, kemuliaan apa lagi yang tinggal untuk kami."
3. Dakwah Al-Quran mulai melebar melampaui perbatasan Makkah menuju daerah-daerah sekitarnya.

b.      Periode Kedua
Periode kedua dari sejarah turunnya Al-Quran berlangsung selama 8-9 tahun, dimana terjadi pertarungan hebat antara gerakan Islam dan jahiliah. Gerakan oposisi terhadap Islam menggunakan segala cara dan sistem untuk menghalangi kemajuan dakwah Islamiah.
Dimulai dari fitnah, intimidasi dan penganiayaan, yang mengakibatkan para penganut ajaran Al-Quran ketika itu terpaksa berhijrah ke Habsyah dan para akhirnya mereka semua --termasuk Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah.
Pada masa tersebut, ayat-ayat Al-Quran, di satu pihak, silih berganti turun menerangkan kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi dakwah ketika itu, seperti: Ajaklah mereka ke jalan Tuhanmu (agama) dengan hikmah dan tuntunan yang baik, serta bantahlah mereka dengan cara yang sebaik-baiknya (QS 16:125).

Dan, di lain pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman yang pedas terus mengalir kepada kaum musyrik yang berpaling dari kebenaran, seperti: Bila mereka berpaling maka katakanlah wahai Muhammad: "Aku pertakuti kamu sekalian dengan siksaan, seperti siksaan yang menimpa kaum 'Ad dan Tsamud" (QS 41:13).

Selain itu, turun juga ayat-ayat yang mengandung argumentasi-argumentasi mengenai keesaan Tuhan dan kepastian hari kiamat berdasarkan tanda-tanda yang dapat mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari, seperti: Manusia memberikan perumpamaan bagi kami dan lupa akan kejadiannya, mereka berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-tulang yang telah lapuk dan hancur?" Katakanlah, wahai Muhammad: "Yang menghidupkannya ialah Tuhan yang menjadikan ia pada mulanya, dan yang Maha Mengetahui semua kejadian. Dia yang menjadikan untukmu, wahai manusia, api dari kayu yang hijau (basah) lalu dengannya kamu sekalian membakar." Tidaklah yang menciptakan langit dan bumi sanggup untuk menciptakan yang serupa itu? Sesungguhnya Ia Maha Pencipta dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya bila Allah menghendaki sesuatu Ia hanya memerintahkan: "Jadilah!"Maka jadilah ia (QS 36:78-82).

Ayat ini merupakan salah satu argumentasi terkuat dalam membuktikan kepastian hari kiamat. Dalam hal ini, Al-Kindi berkata: "Siapakah di antara manusia dan filsafat yang sanggup mengumpulkan dalam satu susunan kata-kata sebanyak huruf ayat-ayat tersebut, sebagaimana yang telah disimpulkan Tuhan kepada Rasul-Nya saw., dimana diterangkan bahwa tulang-tulang dapat hidup setelah menjadi lapuk dan hancur; bahwa qudrah-Nya menciptakan seperti langit dan bumi; dan bahwa sesuatu dapat mewujud dari sesuatu yang berlawanan dengannya.

Disini terbukti bahwa ayat-ayat Al-Quran telah sanggup memblokade paham-paham jahiliah dari segala segi sehingga mereka tidak lagi mempunyai arti dan kedudukan dalam rasio dan alam pikiran sehat.

C. Nama-nama Lain Al-Quran
Al-Qur-an mempunyai nama yang bermacam-macam. Ada yang menyebutnya berjumlah 55 nama. Adapula yang mengatakan 90 nama. Namun dari sekian banyak nama tersebut yang termashur hanya empat, yaitu Al-Qur-an itu sendiri, al-Kitab, al-Furqon, dan al-Dzikr.
            Pertama, dinamai al-Qur-an, sesuai dengan bunyi ayat:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ. نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ.
Artinya : “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.”
{Q.S Yusuf (12) : 2-3}

          Kedua, dinamai al-Furqon karena firman Allah:

تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

Artinya : “Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
{Q.S Al-Furqon (25) : 1}

          Ketiga, disebut al-Kitab, sebab Allah menyebutnya dalam ayat:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجَا

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.”
{Q.S Al-Kahfi (18): 1}
          Keempat, dinamakan al-Dzikr karena Alloh member nama demikian:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” {Q.S Al-Hijr (15): 9}
            Disamping nama-nama tersebut tercantum dalam al-Qur-an sendiri, penamaan itu juga disandarkan atas alasan tertentu. Al-Qur-an dinamai al-Qur-an karena ia dibaca, pembacaannya adalah ibadah, dan orang yang membacanya adalah mendapat pahala. Dinamai al-Furqon karena ia memisahkan antara yang hak dan yang bathil. Dinamai al-Kitab karena ditulis, dan dinamai al-Dzikr karena ia berisi peringatan dari Alloh Swt. Didalamnya Allah menerangkan hal-hal yang halal, haram, hudud, faroidl, dll. Ia dinamai al-Dzikr juga karena itu merupakan sebutan yang mulia.

D.    Dasar-Dasar Keotentikan Al-Quran
Yang dimaksud dengan otentitas al-Qur-an dalam pembahasan ini adalah bahwa al-Qur-an yang ada pada kita sekarang ini benar-benar terpelihara kemurniannya. Dari definisi al-Qur-an sebagaimana disebutkan di atas terlihat bahwa al-Qur-an itu murni, asli, tanpa ada perubahan, penambahan atau pengurangan sedikitpun. Masalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)    Masa Turunnya
Al-Qur-an diturunkan secara berangsur-angsur dalam waktu lebih kurang 23 tahun. Menurut beberapa riwayat, setelah bi`tsah, Rosululloh Saw hidup di Mekah selama 13 tahun, kemudian hijrah kemadinah dan bermukim dikota ini hingga akhir hayatnya, yakni selama 10 tahun. Ibn Abbas mengatakan, Rosululloh diangkat sebagai nabi dan rosul dalam usia 40 tahun. Setelah bi`tsah beliau tinggal di Mekah 13 Tahun dan selama itu beliau menerima wahyu. Beliau wafat dalam usia 63 tahun. Beberapa sumber riwayat memperkirakan masa turunnya wahtu seluruhnya 20 tahun, tetapi ada juga yang memperkirakan kurang lebih 25 tahun, namun yang masyhur adalah 23 tahun.

Menurut al-Sya`bi, al-Qur-an mula-mula turun pada malam qodar (lailatul qodar). Setelah itu, ia terus diturunkan secara berangsur-angsur. Pendapat ini berdasarkan pada firman Alloh Swt.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan.” {Q.S Al-Qodr (17) : 106}

وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلا

Artinya: “Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” {Q.S Al-Isro (17) : 106}

Tujuan Al-Qur-an diturunkan secara berangsur-angsur itu adalah agar Rosululloh Saw dan para sahabatnya dapat menyimak, memahami, mengamalkan, dan memeliharanya dengan baik. Rosululloh membacakannya di hadapan para sahabatsecara perlahan-lahan dan para sahabat membacanya sedikit demi sedikit.

Selain itu al-Qur-an diturunkan berkaitan dengan suatu peristiwa, baik bersifat individual maupun social (kemasyarakatan). Dengan cara seperti ini proses pemeliharaan kemurnian al-Qur-an berjalan dengan sendirinya.
Demikian pula mengenai lailatul qodr yang menandai permulaan turunnya al-Qur-an. Penetapan mala mini dimaksudkan agar manusia dapat mengingatnya, sehingga ia akan terus diingat dan dikenang. Ini juga merupakan bentuk lain dari upaya pemeliharaan kemurnian al-Qur-an, disamping menunjukan ke agunganNya.

Disetiap zaman Alloh menciptakan orang-orang yang dengan mudah dapat menghafal ayat-ayat al-Qur-an. Alloh Swt menegaskan dalam firmanNya:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” {Q.S al-Hijr (15) : 9}


2)      Yang Menyampaikan Al-Qur-an.
Al-Qur-an memberi informasi bahwa ia diturunkan dari lauh mahfudz ke dunia melalui Malaikat Jibril. Lauh Mahfudz adalah tempat yang terpelihara semacam disket dalam system computer yang terpelihara secara apik dari gangguan dan pengrusakan. Hal ini dijelaskan dalam ayat yang berbunyi:

بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ. فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ.

Artinya: “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lohmahfuz.” {Q.S Al-Buruj (85) : 21-22}.
3)      Penerima Al-Qur-an
Sebagaimana disebutkan di atas, wahyu dari Alloh Swt disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril. Sebagai penerima wahyu, Nabi Muhammad dianugrahi Alloh sifat-sifat mulia yang mustahil ia berdusta.

Akhlaq beliau sangat agung. Hal ini ditegaskan Alloh dalam firmanNya:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”{Q.S Al-Qolam (68) : 4}
4)      Para Penulis Al-Qur-an
Al-Qur-an terdiri dari 6666 ayat yang dihimpun dalam 114 surat, mulai dari surat al-fatihah sampai surat an-Nas, kemurnian dan keaslian ayat-ayat tersebut dapat dilihat antara lain dari proses penulisannya. Wahyu pertama yang diterima Nabi ialah ayat 1 s/d 5 surat al-Alaq, ketika beliau berada di Gua Hiro, sedangkan wahyu terakhir adalah ayat ke 3 surat al-Maidah, pada waktu beliau wukuf di arofah melakukan HAji Wada` 9 Zulhijah, tahun ke 10 Hijrah, bertepatan dengan 7 Maret 632 M.
Salah satu faktor yang dapat menjamin keaslian dan kemurnian al-Qur-an ialah teks al-Qur-an itu ditulis sesuai dengan tuntunan dan petunjuk Rosululloh. Penulisannya dilakukan dihadapan beliau sendiri. Untuk keperluan penulisan tersebut Rosululloh mengerahkan sejumlah penulis seperti Khulafaur Rosyidin yang empat, Amir bin Fuhairoh, Ubay bin Ka`ab, Tsabit bin Qois bin Samas, Zaid bin Tsabit, Mu`awiyyah bin Abi Sufyan, termasuk saudara Abu Sufyan: Yazid bin Syu`bah, Zubair bin Awwam, Kholid bin Walid, `Alla bin Al-Hadhromy, Amr bin `Ash, Abdullah bin Al-Hadromy, Muhammad bin Maslamah, dan Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin salul.

E.     Al-Quran sebagai Mu’jizat
Mukjizat artinya sesuatu yang luar biasa yang bertentangan dengan adat, atau keluar dari batas-batas faktor yang telah diketahui. Manusia tidak kuasa  membuatnya karena hal ini adalah diluar kesanggupannya. Mukjizat diberikan kepada nabi-nabi untuk menguatkan kenabian dan kerasulannya dan meyakinkan bahwa agama yang dibawanya bukan dibuat sendiri, melainkan benar-benar dari Allah. Maksud bahwa Al-Qur’ansebagai mukjizat adalah menjelaskan bahwa Al-Qur’an adalah haq. Sifat kemukjizatan itu tidak bisa dibuktikan kecuali apabila tiga faktor telahdipenuhi, yaitu :
1.Adanya tantangan (ajakan bertanding atau berlomba)
Dalam sejarah, Al-qur’an telah menantang orang-orang Arab (khususnya) dansemua manusia umumnya, karena Al-qur’an yang besar ini dibawa oleh seorangnabi yang ummi, yang tidak bisa membaca dan menulis, tidak pernah belajar ataumendapat ilmu dari sekolah atau seorang ulama yang pandai dan menonjol dalam berbagai segi kebudayaan dan pengetahuan. Ia datang dengan membawa kitab yangagung dengan maksud menandingi kaum jahiliah pada waktu itu sekalipun merekaadalah pemimpin-pemimpin sastrawan, Nabi Muhammad mengajak mereka umtuk menandingi Al-Qur’an dengan susunan kalimat yang kuat dan gaya bahasa yangmempesona yang bisa menggetarkan semangat serta mendorong untuk ikut berlomba.Al-Qur’an mempersilahkan mereka untuk bertanding dengan membuat sepuluhsurat yang sama, kemudian dengan satu surat saja, namun mereka bungkam tidak  bisa bicara satu pun. Karena itu Al-Qur’an mencatat satu kemenangan denganmengalahkan mereka dan tetap tegaklah Al-qur’an sebagai mukjizat Muhammadyang diturunkan dari Allah.Macam-macam ajakan bertanding yang terdapat dalam Al-Qur’anul Karim adadua macam, yaitu :
a.Ajakan bertanding secara umum.
Ajakan ini disediakan untuk semua golongan seperti yang didengungkan ayatini :
 Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat  yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang  serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain".(Q.S. 17: 88)1
http://htmlimg2.scribdassets.com/555f5lkmio1tbum/images/1-f292509a81.jpg

b.Ajakan bertanding secara khusus.
Ajakan bertanding khusus ini ada dua macam :
Yang bersifat kully (keseluruhan) : yaitu ajakan bertanding dengan seluruhAl-Qur’an mengenai hukum-hukumnya, keindahanya, balaghohnya dan kejelasannya.
Yang bersifat juz’I (bagian): yaitu ajakan bertanding dengan semisal satusurat Al-Qur’an, walaupun dari surat yang pendek seperti surat Al-Kautsar



2 komentar:

  1. e alah mas.. mas.. saya pikir ditemukan manuskrip atau data2 sejarah yg bisa benar2 membuktikan keotentikan AlQur'an... misalnya seperti : pernah ditulis oleh si fulan.. kemudian disimpan oleh si a, b , c dll dan data2nya masih tersimpan sampai sekarang... Kalau cuma cerita2 dari orang bahkan sekelas Kholifah Ibnu Abbas sekalipun..., itu belum bisa diterima sebagai sebuah bukti sejarah.. Kalau dikasih tahu ke orang umum bisa2 diketawain.. Afwan...

    BalasHapus
  2. Play Online Slots Games - Lucky Club Live Casino
    When you join Lucky Club, you'll be awarded the chance to win exclusive slots games. These games can be luckyclub.live played in all categories and are played in a

    BalasHapus